[HTL] Chapter 1: “Gulungan Darah Iblis”
by longchen01Suara gemuruh guntur menggetarkan langit di atas reruntuhan Sekte Langit Hitam, sebuah sekte yang dulunya terkenal karena kekuatannya di wilayah timur. Namun, malam ini, sekte itu hanyalah serpihan masa lalu yang dilahap oleh api dan darah. Mayat-mayat berserakan di sekelilingnya, terpanggang oleh api kultivasi musuh yang lebih kuat. Udara terasa pekat dengan bau daging terbakar dan besi karat dari darah yang tumpah.
Di tengah semua kekacauan itu, seorang pemuda berdiri dengan napas tersengal-sengal. Matanya yang merah darah menatap pemandangan di sekelilingnya dengan tatapan kosong. Nama pemuda itu adalah **Jian Feng**, seorang budak yang pernah melayani sekte ini tanpa nama, tanpa kehormatan, dan tanpa masa depan.
Dia bukan siapa-siapa. Hanya satu dari ratusan budak yang dipaksa melayani para tetua dan murid inti. Namun, hari ini, nasibnya berubah. Para penguasa yang dia benci, yang telah memaksa hidupnya dalam penghinaan selama bertahun-tahun, semuanya mati. Namun, bukannya merasakan kebebasan, Jian Feng hanya merasakan kehampaan. Di dalam dirinya, amarah yang tak terukur terus membara.
Di sudut reruntuhan, dia menemukan sebuah altar kuno yang sebagian besar tersembunyi di bawah puing-puing. Tak seorang pun dari sekte tahu keberadaannya, termasuk para tetua. Jian Feng yang tersesat dalam kehancuran, dengan langkah gontai mendekati altar tersebut. Meski tubuhnya penuh luka dan hampir habis tenaganya, ada sesuatu yang menariknya ke sana, seolah altar itu memanggil namanya.
Saat dia tiba di depan altar, matanya tertuju pada sebuah gulungan yang terlihat sangat tua, diletakkan di tengah lingkaran simbol kuno. Gulungan itu memancarkan aura gelap yang menakutkan, tapi Jian Feng tidak mundur. Dia terlalu terbenam dalam kebenciannya untuk merasakan takut. Setelah hidup bertahun-tahun dalam penderitaan, rasa takut sudah lama mati dalam hatinya.
**“Gulungan Darah Iblis,”** dia membaca tulisan kuno yang terukir di batu altar.
Jian Feng terdiam sejenak. Dia pernah mendengar legenda tentang teknik kultivasi terlarang ini—sebuah teknik yang bisa mengubah seseorang menjadi monster tak berperasaan, tetapi juga memberikan kekuatan yang tak terbayangkan. Menurut legenda, teknik ini telah dimeteraikan ribuan tahun yang lalu oleh para tetua dunia karena dianggap terlalu berbahaya. Namun, Jian Feng tidak peduli dengan kisah-kisah itu.
Dengan tangan gemetar, dia meraih gulungan itu. Saat jari-jarinya menyentuh permukaannya, hawa dingin merasuk ke dalam tubuhnya, seolah ribuan jarum menusuk kulitnya. Tapi alih-alih melepaskannya, Jian Feng malah menggenggamnya lebih erat. Perasaan itu—rasa sakit yang mendalam—membuatnya merasa hidup kembali. Dia membuka gulungan itu, dan tulisan kuno yang tercetak di dalamnya seolah hidup, bergetar, dan masuk ke dalam pikirannya.
Dalam sekejap, Jian Feng merasakan dunia di sekitarnya berputar. Matanya memerah saat energi gelap dari gulungan mulai mengalir ke dalam tubuhnya. Setiap simpul energi yang terbangun di tubuhnya dipenuhi dengan rasa sakit luar biasa, tetapi bersama rasa sakit itu datang juga kekuatan yang menakutkan.
**”Untuk menjadi kuat, kau harus rela melepaskan semua rasa kemanusiaanmu,”** bisik suara misterius di telinganya.
Jian Feng mengatupkan giginya. Selama ini, dia sudah merelakan kemanusiaannya. Dunia ini tidak memberinya apa-apa selain penderitaan. Jika dia harus menjadi monster untuk bertahan hidup dan melawan, maka biarlah.
Seiring dengan gulungan yang perlahan terbuka sepenuhnya, Jian Feng mempelajari setiap teknik yang terukir di dalamnya. Teknik ini berbeda dari kultivasi biasa. Alih-alih menarik energi alam, Gulungan Darah Iblis memanfaatkan darah, rasa sakit, dan kehidupan dari musuh yang dikalahkan. Setiap tetes darah yang diserap akan memperkuat kultivator dan mempercepat jalannya menuju puncak kekuatan.
Saat Jian Feng tenggelam dalam pelajaran dari gulungan itu, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Dari balik bayangan reruntuhan, seorang pria paruh baya muncul—seorang tetua dari sekte musuh yang telah menghancurkan Sekte Langit Hitam. Matanya menyipit saat melihat Jian Feng memegang gulungan itu.
**“Anak kecil, letakkan gulungan itu,”** perintahnya dengan suara penuh wibawa.
Jian Feng menatap pria itu dengan tatapan dingin. Di masa lalu, dia mungkin akan gemetar ketakutan di hadapan seseorang seperti ini. Namun kini, sesuatu di dalam dirinya telah berubah. Hawa dingin yang berasal dari gulungan itu terus mengalir dalam darahnya, memberikan kekuatan dan keberanian yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
**“Kau pikir aku akan menyerahkannya begitu saja?”** Suara Jian Feng terdengar rendah, tetapi penuh dengan kebencian. Tangan kanannya mencengkeram gulungan itu erat, dan aura gelap mulai melingkupi tubuhnya.
Tetua itu tertawa sinis. **“Seorang budak sepertimu tidak layak menggunakan Gulungan Darah Iblis. Kau bahkan tidak tahu apa yang kau pegang di tanganmu.”**
Namun, sebelum pria itu sempat menyerang, Jian Feng sudah bergerak. Dengan kecepatan yang mengerikan, dia melesat ke depan, menghantamkan tinjunya yang dipenuhi energi gelap ke arah dada pria itu. Tetua itu kaget dengan kecepatan Jian Feng, tetapi dia terlalu berpengalaman untuk terkejut lama-lama. Dengan satu gerakan cepat, dia memblokir serangan Jian Feng dan balas menyerang.
Namun, saat tinjunya mendarat di tubuh Jian Feng, ada sesuatu yang aneh. Dia merasakan energinya tersedot keluar, dan darah dari lukanya mulai mengalir ke arah Jian Feng, diserap oleh gulungan itu.
**“Apa ini?!”** Tetua itu berteriak panik.
Jian Feng tersenyum dingin. **“Kau benar. Aku mungkin tidak tahu semua tentang gulungan ini. Tapi aku tahu satu hal—dengan setiap musuh yang aku bunuh, aku menjadi lebih kuat.”**
Dengan satu gerakan, Jian Feng menancapkan tangannya ke dada tetua itu, menarik keluar darah dan esensi kehidupannya. Tetua itu menjerit kesakitan saat tubuhnya semakin lemah, dan dalam hitungan detik, dia jatuh ke tanah, tak bernyawa. Jian Feng berdiri di atas mayatnya, napasnya berat, tetapi di matanya ada kilatan kegilaan dan kekuasaan.
Untuk pertama kalinya, dia merasakan kebebasan sejati—kebebasan dari ketakutan, dari kelemahan. Dan itu hanyalah permulaan.
**”Aku akan menghancurkan siapa pun yang menghalangi jalanku,”** gumamnya dingin sambil menatap langit yang dipenuhi kilat. **“Dunia ini akan berlutut di hadapanku.”**
Dengan gulungan di tangannya, Jian Feng melangkah keluar dari reruntuhan, meninggalkan kehancuran di belakangnya. Namun, apa yang ada di depannya jauh lebih gelap—dan lebih berdarah.
0 Comments