[HTL] Chapter 10: “Pertemuan dengan Xue Ling”
by longchen01Waktu berlalu dengan cepat setelah kelahiran anak pertama mereka, seorang bayi laki-laki yang sehat. Jian Feng dan Xue Ling hidup dalam kebahagiaan. Jian Feng merasakan kedamaian yang selama ini sulit ia dapatkan. Kehidupannya yang dulu penuh dengan kegelapan, kebencian, dan dendam, kini telah berubah. Setiap kali dia melihat Xue Ling dan anak mereka, Jian Feng merasa bahwa dia telah menemukan arti hidup yang baru. Namun, kebahagiaan itu ternyata tidak berlangsung lama.
Beberapa bulan setelah melahirkan, Xue Ling mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang tidak wajar. Tubuhnya melemah, dan sering kali ia merasa pusing serta kehilangan keseimbangan. Jian Feng, yang khawatir akan keadaan istrinya, segera memanggil dokter. Berbagai pemeriksaan dilakukan, namun hasilnya tetap tidak jelas. Xue Ling semakin hari semakin lemah, meskipun dia terus berusaha tersenyum di hadapan suami dan anaknya.
“Jian Feng, jangan khawatir. Aku baik-baik saja,” ucap Xue Ling dengan senyum lemah, sambil menggendong anak mereka di pelukannya. Mata Xue Ling yang dulu bersinar cerah, kini tampak kehilangan cahayanya.
Jian Feng, yang selama ini selalu tegar, mulai merasakan ketakutan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ketakutan akan kehilangan. Meskipun dia sudah terbiasa kehilangan banyak hal dalam hidupnya, perasaan bahwa dia mungkin akan kehilangan Xue Ling membuatnya semakin gelisah.
Suatu malam, ketika angin dingin berhembus di luar jendela, Jian Feng terbangun oleh suara rintihan pelan dari samping tempat tidur. Dia menoleh dan melihat Xue Ling yang berbaring di sampingnya, tubuhnya menggigil hebat. Keringat dingin membasahi wajahnya, dan bibirnya tampak pucat.
“Xue Ling!” Jian Feng segera bangkit dan mengguncang tubuh istrinya, namun Xue Ling tidak merespons. Dia langsung mengangkat tubuh Xue Ling dan membawanya ke rumah sakit, berharap masih ada waktu untuk menyelamatkannya.
Namun, takdir berkata lain. Sesampainya di rumah sakit, dokter dengan cepat menangani Xue Ling, tetapi hanya beberapa saat setelah masuk ruang perawatan, dokter keluar dengan wajah muram. “Maaf, Tuan Jian Feng… Kami telah berusaha sebaik mungkin, tapi… Istrimu sudah tidak bisa diselamatkan.”
Dunia Jian Feng runtuh seketika. Di tengah kekosongan rumah sakit yang hening, hanya tangisan bayi mereka yang terdengar di kejauhan. Jian Feng merasa seolah seluruh hidupnya kembali diliputi oleh kegelapan yang pernah menghantuinya. Xue Ling, wanita yang telah memberinya harapan baru, kini telah tiada.
Hari pemakaman Xue Ling penuh dengan kesedihan. Keluarga dan teman-teman hadir, memberikan penghormatan terakhir untuk wanita yang telah membawa kebahagiaan dalam kehidupan semua orang yang mengenalnya. Jian Feng berdiri di depan makam Xue Ling, menatap tanah yang baru saja ditutup, dengan perasaan marah dan kehilangan yang tak terbendung. Anak mereka berada dalam gendongan ibunya Xue Ling, sementara Jian Feng tak sanggup menahan air mata.
“Aku berjanji akan melindungimu,” bisik Jian Feng, tangannya mengepal kuat di samping tubuhnya. “Tapi aku gagal…”
***
Beberapa minggu setelah kematian Xue Ling, Jian Feng mulai merasakan sesuatu yang aneh. Di rumah mereka, ia sering mendengar bisikan-bisikan halus saat malam tiba, dan ada saat-saat di mana dia merasa diawasi. Awalnya, Jian Feng mengabaikannya, menganggap itu hanya halusinasi karena rasa duka yang mendalam. Namun, seiring waktu, gangguan tersebut semakin nyata.
Suatu malam, saat Jian Feng sedang duduk di ruang tamu, memandangi foto Xue Ling, tiba-tiba ada suara langkah kaki yang familiar. Langkah-langkah yang selama ini dia rindukan. Jian Feng berbalik, dan di sana, berdiri seorang wanita dengan pakaian yang sama seperti yang Xue Ling kenakan pada malam terakhir sebelum dia meninggal.
“Xue Ling?” Jian Feng bertanya dengan suara bergetar, matanya melebar tak percaya. Wanita itu berdiri di ambang pintu, namun ada sesuatu yang berbeda. Mata wanita itu tidak lagi lembut seperti Xue Ling yang dia kenal. Ada kilatan dingin dan kebencian di dalamnya.
Dengan langkah perlahan, wanita itu berjalan mendekat. “Kau terkejut, Jian Feng?” suaranya pelan, namun penuh kebencian. “Ini aku… Lin Xue.”
Jian Feng terdiam sejenak, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Lin Xue? Bagaimana mungkin? Dia sudah membunuh Lin Xue bertahun-tahun yang lalu. Namun, saat dia menatap lebih dalam ke mata wanita itu, dia tahu. Mata itu, penuh dendam dan amarah, adalah mata Lin Xue.
Lin Xue tersenyum dingin, senyum yang mengingatkan Jian Feng pada masa lalu yang kelam. “Kau benar-benar berpikir bisa lari dariku, Jian Feng? Kau pikir dengan membunuhku, semua akan selesai? Kau salah besar.”
Jian Feng mengerutkan dahi, tubuhnya menegang. “Bagaimana ini bisa terjadi?”
Lin Xue tertawa sinis. “Aku telah menunggu saat ini. Saat kau lengah, saat kau jatuh cinta, dan saat kau kehilangan segalanya. Aku bereinkarnasi ke tubuh wanita yang kau cintai. Ketika Xue Ling melahirkan, jiwaku masuk ke dalam tubuhnya. Aku membiarkan tubuhnya perlahan mati, agar aku bisa menguasainya sepenuhnya.”
Jian Feng merasa amarah membara di dalam dadanya, tapi juga rasa bersalah yang tak terhingga. “Kau… Kau membunuh Xue Ling?”
“Dia hanya alat bagiku,” jawab Lin Xue dengan dingin. “Seperti dulu aku hanyalah alat bagimu. Kau menggunakan aku, mengkhianatiku, dan kemudian membunuhku. Sekarang, kau akan merasakan rasa sakit yang sama.”
Jian Feng menatap Lin Xue dengan mata penuh kebencian, tapi dia tahu, bertarung dengannya sekarang tidak akan membawanya ke mana pun. “Apa yang kau inginkan?”
Lin Xue melangkah maju, mendekati Jian Feng. “Aku ingin melihatmu hancur. Aku ingin melihatmu menderita seperti aku menderita. Kau sudah merasakan kehilangan Xue Ling, tapi itu belum cukup. Aku akan menghancurkanmu, Jian Feng, perlahan-lahan.”
Jian Feng mengepalkan tangannya erat, mencoba menahan amarahnya. “Aku tidak akan membiarkanmu.”
Lin Xue tersenyum dingin. “Kau tidak punya pilihan.”
Tanpa memperingatkan, Lin Xue menyerang dengan kekuatan spiritual yang tak terduga. Jian Feng, yang telah lama meninggalkan dunia kultivasi, tidak siap untuk serangan itu. Tubuhnya terpental ke belakang, menghantam dinding dengan keras. Sakit terasa menusuk seluruh tubuhnya, namun lebih dari itu, rasa sakit emosional karena menyadari bahwa wanita yang dia cintai kini menjadi alat balas dendam musuh lamanya.
“Aku akan mengambil segalanya darimu, Jian Feng,” kata Lin Xue dengan suara penuh kebencian. “Dan kau akan hidup dengan rasa bersalah ini selamanya.”
Jian Feng mencoba bangkit, tetapi kekuatan Lin Xue jauh lebih kuat dari yang dia perkirakan. Dia bukan lagi wanita yang lemah seperti dulu. Dia telah bereinkarnasi dengan kekuatan yang lebih besar, kekuatan yang tumbuh selama bertahun-tahun dendam yang terpendam.
Lin Xue mengangkat tangannya, siap untuk memberikan serangan terakhir. Namun, sebelum dia bisa melakukannya, Jian Feng memanfaatkan detik terakhir untuk menarik kekuatan terakhirnya. Meski tubuhnya sudah lemah, Jian Feng mengeluarkan energi yang tersisa, menciptakan penghalang tipis yang melindunginya dari serangan Lin Xue.
“Kita belum selesai, Jian Feng,” kata Lin Xue dengan senyum jahat. “Aku akan kembali. Dan ketika aku kembali, kau tidak akan bisa lari dariku lagi.”
Dengan kata-kata itu, Lin Xue menghilang dalam kabut gelap, meninggalkan Jian Feng yang terluka dan hancur. Dia tahu bahwa ini baru permulaan. Lin Xue telah kembali, dan kali ini, dendamnya tidak akan terhenti sampai Jian Feng benar-benar hancur.
Di dalam rumah yang kini terasa begitu sunyi, Jian Feng duduk di lantai, darah mengalir dari sudut bibirnya. Dia menatap ke luar jendela, di mana bintang-bintang berkilau di langit malam yang dingin.
Xue Ling, wanita yang dia cintai, telah pergi. Dan Lin Xue, musuh bebuyutannya, telah kembali untuk menyelesaikan apa yang dia mulai bertahun-tahun lalu. Jian Feng tahu bahwa pertarungan ini belum selesai, dan meski tubuhnya lelah, jiwanya harus bersiap untuk menghadapi kegelapan yang lebih besar.
“Lin Xue…” bisiknya dengan suara serak. “Aku akan menghentikanmu…”
0 Comments