Header Background Image
    Light Novel Bahasa Indonesia

    Cahaya terang menyilaukan menembus kelopak mata Jian Feng, memaksanya membuka mata perlahan. Kepalanya terasa berat dan berdenyut hebat, seolah-olah dunia di sekelilingnya baru saja mengalami perubahan drastis. Dia merasa tubuhnya lemah, tidak mampu bergerak. Ruangan yang dingin dan steril menyambutnya, bau obat-obatan menguar di udara.

    Dengan susah payah, Jian Feng mencoba menggerakkan kepala ke samping, dan saat itulah dia menyadari di mana dia berada. Dia terbaring di atas ranjang rumah sakit, infus terpasang di lengannya, dengan suara mesin medis berdengung di latar belakang. Jantungnya berdebar kencang ketika ia menyadari bahwa ini bukan dunia yang dia kenal. Ini bukan dunia kultivasi, bukan dunia para dewa dan iblis yang telah menjadi hidupnya selama ini.

    “Aku… di mana?” gumam Jian Feng dengan suara serak.

    Sebuah suara lembut namun tegas menjawab dari sudut ruangan. “Kau berada di rumah sakit, Jian Feng. Kau aman di sini.”

    Jian Feng memutar kepalanya dan melihat seorang pria paruh baya berdiri di dekatnya. Pria itu mengenakan jas putih dengan stetoskop melingkar di lehernya. Wajahnya tenang, penuh empati, namun juga serius. Ia memandang Jian Feng dengan sorot mata yang penuh pengertian, seolah-olah telah lama menanti momen ini.

    “Siapa… siapa kau?” tanya Jian Feng, merasa kebingungan. Pikiran dan ingatannya masih terpecah belah, sulit dipahami. Apa yang terjadi? Bukankah dia baru saja… bertarung? Lin Xue… Xue Ling… Jian Chu… Semuanya terasa begitu nyata.

    “Aku adalah Dr. Qin, dokter yang merawatmu selama ini,” jawab pria itu dengan tenang. “Kau telah berada di rumah sakit ini selama beberapa minggu.”

    “Rumah sakit?” Jian Feng mengulang kata itu dengan kebingungan. “Apa yang terjadi? Di mana Xue Ling? Di mana Jian Chu?”

    Dr. Qin menarik napas panjang sebelum mendekat dan duduk di kursi di samping ranjang. “Jian Feng… Ada sesuatu yang perlu kau pahami, dan ini mungkin sulit diterima. Orang-orang yang kau sebut—Xue Ling, Jian Chu—mereka tidak ada. Semua yang kau ingat… semua yang kau alami selama ini… hanyalah halusinasi.”

    Kata-kata itu menghantam Jian Feng seperti badai. Matanya membelalak, tubuhnya tegang, dan detak jantungnya semakin cepat. “Tidak… tidak mungkin. Aku ingat semuanya! Aku hidup di dunia kultivasi! Aku bertarung melawan Lin Xue! Aku… aku…”

    Dr. Qin menggeleng dengan lembut. “Kau menderita skizofrenia, Jian Feng. Kondisimu ini membuatmu tidak bisa membedakan antara kenyataan dan halusinasi. Selama beberapa bulan terakhir, kau telah hidup dalam dunia yang diciptakan oleh pikiranmu sendiri.”

    Kepala Jian Feng berputar, mencoba memahami apa yang baru saja didengarnya. Dunia kultivasi? Halusinasi? Bagaimana mungkin semua yang ia alami—semua pertempuran, kekuatan, pengkhianatan—hanyalah permainan pikirannya? Itu terasa begitu nyata. Setiap luka, setiap emosi, setiap detik yang ia habiskan bersama Xue Ling dan Jian Chu terasa nyata, lebih nyata daripada apapun yang ada di ruangan ini.

    “Tidak… Itu tidak mungkin,” Jian Feng menggelengkan kepalanya kuat-kuat. “Aku adalah seorang kultivator! Aku memiliki kekuatan! Aku bahkan menghancurkan Sekte Langit Abadi! Aku merasakan setiap pertarungan itu! Semua itu nyata!”

    Dr. Qin tetap tenang, menunggu beberapa saat sebelum melanjutkan. “Jian Feng, aku tahu ini sulit diterima. Tetapi gejala skizofrenia yang kau alami menyebabkan halusinasi kompleks. Kau menciptakan seluruh dunia di dalam pikiranmu—sebuah realitas yang begitu kuat dan rinci sehingga kau benar-benar percaya itu nyata.”

    Jian Feng tidak bisa menerima penjelasan itu. Dunia yang ia jalani selama ini terasa lebih dari sekadar mimpi atau ilusi. Itu adalah hidupnya—siapa dirinya sebenarnya. Dia adalah seorang kultivator yang kuat, bukan pria biasa yang terbaring tak berdaya di rumah sakit. Namun, perlahan-lahan, kebingungan mulai menguasainya. Jika yang dikatakan Dr. Qin benar, lalu siapa dia sebenarnya?

    “Aku… tidak mengerti,” gumam Jian Feng, tangannya gemetar di atas selimut rumah sakit. “Kalau itu semua hanya halusinasi… apa yang sebenarnya terjadi padaku?”

    Dr. Qin menghela napas pelan sebelum berbicara lagi, kali ini lebih hati-hati. “Kau telah hidup dengan kondisi ini selama bertahun-tahun, Jian Feng. Dunia yang kau ciptakan adalah bagian dari cara pikiranmu menghadapi trauma dan stres. Kau telah menjalani perawatan intensif di sini untuk membantu memulihkanmu.”

    “Kondisi?” Jian Feng masih bingung, suaranya lemah.

    “Ya,” lanjut Dr. Qin. “Selama beberapa bulan terakhir, kau hidup dalam kondisi mental yang tidak stabil. Kau mengalami delusi—kepercayaan kuat yang tidak didasari kenyataan—serta halusinasi yang membuatmu merasa seolah-olah hidup di dunia lain. Dunia kultivasi, pertempuran yang kau rasakan, semua itu adalah bagian dari penyakit ini.”

    Kata-kata Dr. Qin seperti pukulan keras bagi Jian Feng. Semua yang ia percaya, semua yang ia pikirkan selama ini hanyalah tipuan pikirannya sendiri? Jian Feng mencoba merangkai kembali potongan-potongan ingatannya, namun setiap kali ia mencoba, ingatan tentang dunia yang penuh dengan kekuatan dan pertempuran itu semakin kabur.

    **Pencarian Kebenaran**

    Saat pikiran Jian Feng berputar dalam kebingungan, Dr. Qin melanjutkan, “Kami telah melakukan banyak terapi untuk membantumu memahami kenyataan. Kau memiliki keluarga di sini yang sangat mencintaimu, dan mereka telah mendukungmu sepanjang perjalanan ini. Istrimu, Mei Ling, telah menunggumu siuman selama berminggu-minggu.”

    Jian Feng membeku. Nama itu, Mei Ling, tidak ada dalam ingatannya. “Mei Ling?” bisiknya, kebingungan semakin mendalam. “Siapa itu?”

    Pintu kamar rumah sakit terbuka perlahan, dan seorang wanita cantik dengan wajah penuh kecemasan dan keletihan masuk ke dalam ruangan. Wajahnya menyiratkan ketegangan yang telah lama dia tanggung, namun saat matanya bertemu dengan Jian Feng, air mata langsung mengalir.

    “Jian Feng…” Suara wanita itu terdengar serak namun penuh kasih sayang. Dia berjalan mendekat, mengambil tangan Jian Feng yang masih terkulai lemas. “Akhirnya kau bangun…”

    Jian Feng menatap wanita itu dengan tatapan kosong. Dia tidak mengenal wanita ini. Dalam ingatannya, satu-satunya wanita yang dia cintai adalah Xue Ling. Tetapi sekarang, wanita ini—Mei Ling—mengaku sebagai istrinya? Jian Feng merasakan kekacauan yang lebih besar menghancurkan dirinya dari dalam.

    “Aku tahu ini sulit bagimu,” kata Mei Ling, suaranya penuh kelembutan. “Kau telah melalui banyak hal. Tapi kami di sini untukmu. Aku dan putri kita, Xiaoyu. Kami akan selalu di sampingmu, apapun yang terjadi.”

    Jian Feng hanya bisa diam, kebingungan dan ketidakpastian yang menguasai dirinya terlalu kuat untuk ditampik. Semua hal yang dulu ia yakini—dunia kultivasi, pertempuran epik, pengkhianatan—hancur di hadapannya seperti ilusi belaka. Dan sekarang, kenyataan baru ini tampak seperti mimpi buruk yang tidak bisa ia pahami.

    “Aku… punya putri?” gumamnya pelan, matanya perlahan mencari Dr. Qin dan Mei Ling.

    Mei Ling mengangguk, air matanya masih mengalir. “Ya, Xiaoyu. Dia menunggumu di luar. Dia ingin melihat ayahnya kembali.”

    Jian Feng menarik napas dalam, mencoba menerima semua ini. Namun, di dalam dirinya, ada sesuatu yang masih bertahan. Sebuah perasaan bahwa semua yang ia alami—dunia kultivasi dan kekuatan yang ia miliki—tidak sepenuhnya palsu. Tapi untuk saat ini, dia tidak punya pilihan selain menerima kenyataan yang ditunjukkan kepadanya.

    Dr. Qin menepuk bahu Jian Feng dengan lembut. “Kau akan baik-baik saja, Jian Feng. Kami di sini untuk membantumu melewati semua ini.”

    Jian Feng hanya bisa mengangguk, meski hatinya masih penuh dengan kebingungan dan keraguan. Mungkinkah semua itu benar-benar hanya ilusi? Atau ada sesuatu yang lebih dari semua ini?

    Untuk saat ini, Jian Feng terjebak di antara dua dunia—antara kenyataan dan ilusi, tidak tahu mana yang sebenarnya.

    Tamat.

    0 Comments

    Note